Akulturasi kebudayaan Hindu budha dengan
kebudayaan nusantara
SEJARAH Indonesia kelas x
by ; kusmiati
kebudayaan
Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi
diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk
Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia
menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
Seni
bagun
Seni
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,karena
Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar
teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra
yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan
pembuatan arca dan bangunan.
Untuk
itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan
dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden
berundak-undak,yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi
sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan
fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi
tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu
nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk
memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang
terkemuka.
Di
samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang
dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu
jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja
yangdisebut dengan Pripih.
Dengan
demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh
nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini
terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India
adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang
terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
adalah
diatas dalah gambar candi jago yang
merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Singosari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang
memerintah tahun 1248 – 1268.
Dilihat
dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan
pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran
candi,di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang
jasmaniah raja Wisnuwardhana).
Untuk
candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja
Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa. candi Borobudur adalah
candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia
dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram, dilihat dari 3 tingkatan,
pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.
Patung-patung
Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha.
Di
samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk
stupa.
Untuk
candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa
merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian
seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia
hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya
dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
Seni
rupa
Dalam
seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding
candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan
suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Gambar
diatas adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang
digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa
relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang
terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian
pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam
kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi
Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari
relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga
mengambil kisah asli ceritera tersebut, tetapi suasana kehidupan yang
digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam
ataupun masyarakat Indonesia.
Dengan
demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India,
tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Seni
sastra :
Untuk wujud
akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu
ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari
- kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan
- kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa.
Kedua kitab
tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di
Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur
kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno.
Dan,tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah
Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar
Pendawa dan Kurawa,melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri
melawan Jenggala.
Wayang:
Di
samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu
ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan
Wayang.
Seni
pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa.
Untuk
itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari
pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal
dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah
mengalami perubahan. Di India tidak ada tokoh punokawan seperti pada gambar
diatas yaitu tokoh gareng, petruk, bagong san Semar.
Perubahan
lain terletak dari karakter atau
perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh
Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan
Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh
yang berperangai buruk suka menghasut.
Tulisan/aksara
Bahasa
Wujud
akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan
bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M,
Contohnya:
prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa
Melayu Kuno
seperti
yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M.
Sedangkan
untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa,tetapi
kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan
huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti
Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
Religi
atau kepercayaan
Sistem
kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan
masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut.
Tetapi
agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan
dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lainmengalami
Sinkritisme.
Sinkritisme
adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan
yang berbeda menjadi satu.
Untuk
itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama
Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut
misalnya dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau
Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh
umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah
penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang
religi/kepercayaan,untuk lebih memahaminya dapat Anda meminta penjelasan atau
mencari contoh-contoh lain kepada Guru bina Anda. Selanjutnya simak uraian
materi berikutnya.
Sistem
pemerintahan
Setelah
masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem
kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan
lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah
kerajaannya secara turun temurun.
Dengan
adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang
raja secara turun temurun. Pada masa pemerintahan kepala suku mereka dianggap sebagai
wakil arwah nenek moyang, karena itu para
.epala suku ditaati oleh seluruh anggota kelompok masyrakat.
Setelah
buadaya india masuk, sitem kerajaan, seorang
Raja dipuja sebagai dewa atau
dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja
tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari
seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja
Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Permerintahan
Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India
dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan
terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi
pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Sistem
kemasyarakatan
Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam
sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem
kasta.
Sistem kasta
menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta :
- kastaBrahmana (golongan Pendeta),
- kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan),
- kasta Waisya (golongan pedagang) dan
- kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta
tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak
sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak
demikian,karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
Sistem kasta yang ada di Indonesia ttidak sekeras di India. Contoh sistem kasta
di Bali yang masih da asampai sekarang.
.......................................................................................................................................................................................................POTONG DISINI
LEMBAR KERJA SISWA
NAMA :
.......................................................
KELAS/NO ABSEN :
.........................................................
Lengkapilah
bagan berikut ini :
NO
|
BIDANG
|
BUDAYA ASLI
INDONESIA
|
PENGARAUH BUDAYA
INDIA
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Seni bangun
Seni rupa
Seni sastra
Wayang
Aksara
Bahasa
Sistem pemerintahan
Sistem
kemasyarakatan
|
........................................................................................................................................................
........................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................
.......................................................................................................................................................
........................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................
.......................................................................................................................................................
........................................................................
.......................................................................................................................................................
........................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................
|
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
..................................................................................................................................................
........................................................................
|
Artikelnya bermanfaat kak, ini saya juga punya artikel tentang Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha, smoga dpt saling melengkapi
BalasHapus7 Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha